KKN sebuah kata yang
awalnya menjadi sebuah momok menakutkan bagiku. Mind set yang muncul pertama kali di pikiranku adalah aku
ditempatkan di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramain kota dengan
adat-istiadat yang masih kental dan tradisional . Imaginasiku mulai bekerja
bahwa aku akan ditempatkan di sebuah desa terpencil yang tradisional dengan
akses jalan yang rusak, tak ada tempat belanja, susah air bersih, signal
ponselkupun terancam. Aku membayangkan aku tidur di sebuah bilik kecil dengan
16 teman-teman KKN sepeerjuangnku. Tidak lupa juga aku berimaginasi tentang
berbagi menu masakan yang tidak enak dan tidak aku suka. System kerja otakku
membayangkan semua penderitaan itu jauh-jauh hari sebelum kuliah kerja nyata
itu di mulai. Namun sangat aku syukuri, nikmat Tuhan memang jauh di luar dugaanku.
Desa Wanagiri, ya sebuah
desa yang terletak cukup di atas dibandingkan dengan desa-desa yang terletak di
wilayah Kecamatan Selemadeg. Sebuah desa yang cukup luas yang teletak di kaki Gunung
Batukaru. Desa yang asri dengan pemandangan sawah terasering yang indah, udara
segar dan masyarakat yang ramah benar-benar jauh dari dugaanku sebelumnya. Tempat
untuk bermalam yang kami sebut posko pun jauh dari apa yang ada di pikiranku
sbelum dating ke tempat ini. Memang posko yang aku tempati adalah sebuah balai
banjar, namun tempat ini sangatlah layak untuk kami tempati selama satu
setengah bulan aku dan teman-temanu berada di desa ini. Antusiasme para warga
sangat tinggi menyambut peserta KKN, mereka sangtah ramah dan baik hati. Tidak luput
juga bapak kepala desa paruh baya yang berjiwa muda yang selalu memberikan
motivasi dan dan dukungnanya terhadap
segala program kerja yang kami laksanakan di desa ini.
Personally, banyak sekali hal yang aku syukuri dari KKN ini, aku
mendapat 16 orang teman baru yang bisa aku bilang gila, ya kami memang sedikit
gila (gila dalam konotasi positif). Segala
hal yang kami jalani selama KKN ini menjadi momen indah yang selalu dipenuhi canda
dan tawa bahagia tanpa duka, tanpa air mata dan hati yang terluka (hee, lebay dikit) walau diantara kami
mencemooh satu sama lain. Kami melaksanakan program dan menghabiskan siang dan
malam penuh kegilaan. Rasa-rasanya waktu satu setengah bulan tidaklah cukup
bagi kami untuk berada di desa ini. Ingin rsanya hati kecil ini menambah panjang
waktu untu kebersamaan ini , untuk mengukir kenangan yang tak terlupakan
sepanjang masa.
Di tempat ini, aku
belajar arti sebuah persahabtan yang sebenarnya, walau kami tak saling emngenal
sebelumnya. Hanya dengan waktu yang singkat kami bisa menyatukan semua
perbedaan itu menjadi sebuah kebahgiaan yang selalu terkenang. Di desa ini
kebetulan ada dua orang pemuda luar kota dari Jawa dan Kalimantan, yang
bermukim selama dua tahun di Desa Wanagiri sebagai pemuda sarjana penggerak
pemmbangun pedesaan (PSP3). Diantara kami menjalin hubungan yang sangat baik
dengan dua orang kakak-kak ini. Kami memmanggil kakak-kakak itu Kak Jedi dan
Kak Ibnu, terkadang ada juga Kak Nanang, kakak PSP3 dari desa tetangga yang
sering main ketempat ini. Banyak cerita yang kami lalaui bersama mereka dan
tidak luput juga mereka memberi banyak motivasi, dorongan dan bantuan terhadap
keberadaan kami di desa ini. Ikut berpartisipasi di acara mereka dan sebaliknya
sering teradi diantara kami. Acara bakar-bakar dan makan bersamapun menambah
kenangan diantara kami.
Wanagiri Jengaaahhh...!!!