Wednesday, July 29, 2015

Wanagiri Desa KKNku

KKN sebuah kata yang awalnya menjadi sebuah momok menakutkan bagiku. Mind set yang muncul pertama kali di pikiranku adalah aku ditempatkan di sebuah desa terpencil yang jauh dari keramain kota dengan adat-istiadat yang masih kental dan tradisional . Imaginasiku mulai bekerja bahwa aku akan ditempatkan di sebuah desa terpencil yang tradisional dengan akses jalan yang rusak, tak ada tempat belanja, susah air bersih, signal ponselkupun terancam. Aku membayangkan aku tidur di sebuah bilik kecil dengan 16 teman-teman KKN sepeerjuangnku. Tidak lupa juga aku berimaginasi tentang berbagi menu masakan yang tidak enak dan tidak aku suka. System kerja otakku membayangkan semua penderitaan itu jauh-jauh hari sebelum kuliah kerja nyata itu di mulai. Namun sangat aku syukuri, nikmat Tuhan memang jauh di luar dugaanku.
Desa Wanagiri, ya sebuah desa yang terletak cukup di atas dibandingkan dengan desa-desa yang terletak di wilayah Kecamatan Selemadeg. Sebuah desa yang cukup luas yang teletak di kaki Gunung Batukaru. Desa yang asri dengan pemandangan sawah terasering yang indah, udara segar dan masyarakat yang ramah benar-benar jauh dari dugaanku sebelumnya. Tempat untuk bermalam yang kami sebut posko pun jauh dari apa yang ada di pikiranku sbelum dating ke tempat ini. Memang posko yang aku tempati adalah sebuah balai banjar, namun tempat ini sangatlah layak untuk kami tempati selama satu setengah bulan aku dan teman-temanu berada di desa ini. Antusiasme para warga sangat tinggi menyambut peserta KKN, mereka sangtah ramah dan baik hati. Tidak luput juga bapak kepala desa paruh baya yang berjiwa muda yang selalu memberikan motivasi dan  dan dukungnanya terhadap segala program kerja yang kami laksanakan di desa ini.
Personally, banyak sekali hal yang aku syukuri dari KKN ini, aku mendapat 16 orang teman baru yang bisa aku bilang gila, ya kami memang sedikit gila (gila dalam konotasi positif). Segala hal yang kami jalani selama KKN ini menjadi momen indah yang selalu dipenuhi canda dan tawa bahagia tanpa duka, tanpa air mata dan hati yang terluka (hee, lebay dikit) walau diantara kami mencemooh satu sama lain. Kami melaksanakan program dan menghabiskan siang dan malam penuh kegilaan. Rasa-rasanya waktu satu setengah bulan tidaklah cukup bagi kami untuk berada di desa ini. Ingin rsanya hati kecil ini menambah panjang waktu untu kebersamaan ini , untuk mengukir kenangan yang tak terlupakan sepanjang masa.
Di tempat ini, aku belajar arti sebuah persahabtan yang sebenarnya, walau kami tak saling emngenal sebelumnya. Hanya dengan waktu yang singkat kami bisa menyatukan semua perbedaan itu menjadi sebuah kebahgiaan yang selalu terkenang. Di desa ini kebetulan ada dua orang pemuda luar kota dari Jawa dan Kalimantan, yang bermukim selama dua tahun di Desa Wanagiri sebagai pemuda sarjana penggerak pemmbangun pedesaan (PSP3). Diantara kami menjalin hubungan yang sangat baik dengan dua orang kakak-kak ini. Kami memmanggil kakak-kakak itu Kak Jedi dan Kak Ibnu, terkadang ada juga Kak Nanang, kakak PSP3 dari desa tetangga yang sering main ketempat ini. Banyak cerita yang kami lalaui bersama mereka dan tidak luput juga mereka memberi banyak motivasi, dorongan dan bantuan terhadap keberadaan kami di desa ini. Ikut berpartisipasi di acara mereka dan sebaliknya sering teradi diantara kami. Acara bakar-bakar dan makan bersamapun menambah kenangan diantara kami.
Wanagiri Jengaaahhh...!!!